I have trust issues.
Real trues issues.
Kalimat ini lah yang bakal ngebawa lo ke kalimat-kalimat gue berikutnya.
Gue tipikal anak yang Alhamdulillah, punya banyak teman. At least, itu yang gue rasa ya. Hahaha
Karena teman itu sesederhana ini buat gue:
orang yang mau denger kerecehan lo, liat kegoblokan lo (sorry gue lagi pengen berkata kasar saat nulis ini wk), mendengarkan keluh-kesah cetek lo misal "macet anjerrrr" atau "gila woy si anu makin hari makin ngeselin", atau orang yang lo ajak sekedar untuk jalan ke mini market atau lunch bareng yang lain, atau orang yang secara basa-basi nanya lo "apa kabar?" atau "lagi ngerjain apa?".
orang yang mau denger kerecehan lo, liat kegoblokan lo (sorry gue lagi pengen berkata kasar saat nulis ini wk), mendengarkan keluh-kesah cetek lo misal "macet anjerrrr" atau "gila woy si anu makin hari makin ngeselin", atau orang yang lo ajak sekedar untuk jalan ke mini market atau lunch bareng yang lain, atau orang yang secara basa-basi nanya lo "apa kabar?" atau "lagi ngerjain apa?".
Itu teman buat gue. Sesederhana itu.
Dan gue punya banyak.
Ohiya sebelum ke level teman, sebenarnya ada orang yang gue sebut sebagai kenalan, yaitu orang yang kalo gue ketemu atau papasan sama dia kemungkinannya cuma dua. Kalo ga senyum tipis, just say hi, atau kaya ga kenal sama sekali, ya tapi gue tau nama dia! Wk dan yang mostly gue cari dia atau dia cari gue pas butuh aja. Misal, karena dia punya toko make up, gue nanya "Shay, di toko lo ada merk A ngga?". Kasus lain, "Eh gue bisa minta data ini ga? Oke thanks ya." That's all. Itu kenalan.
Nah, sekarang gue mau bilang.
Gue bisa punya banyak kenalan atau teman, tapi gue ga punya banyak orang yang bisa gue percaya.
Bisa dibilang, gue picky banget dalam hal menentukan orang yang bisa jadi tempat gue berkeluh kesah dari A-Z, orang yang bisa gue katain kasar tanpa takut dia baper, tempat gue bercerita soal rahasia-rahasia gue, pandangan hidup gue, bikin gue jadi orang paling seada-adanya, termasuk soal "Yaa kalo gue ga suka, gue bilang ga suka. Kalo gue suka, gue bilang suka" dengan cara yang menurut gue kalo dia ga bisa nerima keterusterangan gue, artinya gue salah pilih orang untuk gue percaya seutuhnya.
Karena, ga semua orang bisa denger dan menerima 'sisi nyelekit' gue itu. Hanya orang-orang tertentu aja yang masuk seleksi panjang gue wkwk untuk dapat 'sisi nyelekit' gue yang bikin mereka berpikir stay dari gue atau malah menjauh dari gue. Jadi, pertemanan gue itu semacam seleksi alam. Untungnya, yang bener-bener real sama gue, ya tetap stick with me and I stick to them! Yeiy!
Gue emang tipe orang yang bisa have fun sama siapa aja, gue bisa ketawa sama siapa aja, tapi gue akan sejujur itu sama orang yang emang udah gue percaya.
Beberapa tahun terakhir ini, gue merasa...
kepercayaan gue ke orang-orang tertentu agak ternodai atau bisa hilang begitu aja.
Sebelumnya, gue tipe yang udah picky juga sih buat milih orang-orang yang masuk inner circle gue. Tapi bodohnya gue, kadang, saking gue percayanya ama tu orang, gue menutup kemungkinan-kemungkinan atas kejadian-kejadian yang mungkin saja terjadi antara gue dan dia, termasuk soal trust issue gue ke dia.
Gue bisa aja jadi orang yang percaya-percaya aja sama omongannya lah, pandangannya lah, bahkan ceritanya yang membuat gue punya framing khusus soal dia.
Tapi ya itu tadi, gue cuma manusia biasa.
Gue bukan Tuhan yang serba tahu.
Gue bukan cenayang yang sok tahu (untung-untung bener).
Makanya gue bisa aja tetiba sedih dan kecewa karena merasa kepercayaan gue disalahgunakan.
The Issues
Sekali waktu, gue pernah percaya di suatu wadah yang udah gue anggap kaya keluarga. I give them everything! Pada akhirnya, gue dibilang mau ngambil duit yang mana duitnya aja kaga gue pegang. What the fuck.
Pernah juga, gue punya temen yang udah gue anggap kaya saudara dan salah satu dari sedikit tempat curhat terdalam gue. Di belakang gue, ada suatu hal yang dia sembunyikan dari orang-orang di sekitarnya, termasuk gue yang bikin gue kecewa berat sama tu orang. Se-ngga-percaya itu gue sama dia. Ya, buat gue, berbohong secara langsung atau tidak langsung berefek ke gue, itu sangat menyakitkan gue ketika yang melakukannya adalah salah satu orang yang gue percaya selama bertahun-tahun.
Gue juga punya pengalaman dibohongin soal rokok. Gue ga suka tu orang ngerokok, tapi dia tetap ngerokok di belakang gue. Akhirnya, gue punya insecurity tinggi bahwa dia bakal ngerokok di belakang gue walaupun udah janji ngga lagi sih. Tapi, apakah salah gue jadi ga percaya kalau udah dilakukan beberapa kali?
Itu adalah beberapa kisah (dari banyak kisah) soal kepercayaan gue ke beberapa orang yang gue sayang, pernah sayang, atau malah ga ada sayang-sayangnya wk
..yang pada akhirnya menjadikan gue menjadi pribadi yang seperti ini.
Punya trust issues yang tinggi.
Punya insecurity untuk bisa mempercayai orang secara lebih.
And then..
Akhir-akhir ini.
Ketika gue ngerasa ga dibutuhkan lagi di suatu wadah, gue awalnya merasa bodo amat, karena orang yang ngomong ini adalah orang baru di kehidupan gue, yang buat gue ya-udah-lah-ya..lo tau apa soal hidup gue?
Tapi ketika itu melibatkan orang yang awalnya gue ngerasa 'gue cukup dekat sama dia' lagi-lagi..
Gue merasa kecewa.
Post ini jelas ga gue tujukan khusus buat tu orang yak. Apalagi tu orang hanya sebatas teman buat gue tapi cukup deket lah ya. Satu setengah tingkat di atas level kenalan lah ya wk.
Tapi berkat kejadian ini membuat gue jadi punya ide buat nulis sepanjang ini menyangkut trust issues gue.
Karena, ini masalah lama di diri gue yang bahkan sejujurnya agak terlupakan oleh diri gue akhir-akhir ini.
You can't trust anyone easily, Cha.
Kejadian akhir-akhir ini mengingatkan lagi diri gue untuk lebih picky dan berhati-hati dalam memilih orang yang gue percaya.
Karena kekuatan sekaligus kelemahan di diri gue adalah gue selalu berusaha meliat sisi positif dari orang lain dulu. Begitu ada trust issue gue ke dia, barulah gue POOF! tersadar, no, gue ga bisa percaya this fuckin asshole HA HA HA. Btw lega ya bisa nulis asshole di blog sendiri (:
Well, gue ga menyesal bisa kenal sama orang-orang yang menyebabkan gue bisa jadi kaya gini. Picky dalam milih orang yang gue bener-bener bisa percaya (udah picky aja masi suka salah wk)
Gue bersyukur sekali.. semakin dewasa, gue menyadari inner circle gue memang semakin kecil, tapi isinya mudah-mudahan emang orang yang tulus yang bisa gue bener-bener percaya, gue bangga miliki, dan gue yakinkan mereka gue juga bisa jadi orang yang mereka percayai.
Karena soal kepercayaan itu adalah soal siapa percaya siapa dan siapa dipercaya siapa.
Hubungannya manusia, personal.
Jadi ketika ada masalah kepercayaan mau itu di kerjaan sekalipun, pada akhirnya ini menjadi masalah personal, bukan sekedar masalah professional.
Hubungannya manusia sama manusia.
Jadi, kalau lo punya masalah personal sama gue, ya selesein secara personal sama gue. Jangan kebawa ke professional.
Ups.
Integrity is real. So keep it real.
Fake people are real too. But let's just burn them out!
LOL kidding.
Spread love, no hate.
xoxo
Ichaatoon